1. Cara Menyadap Aren yang Baik dan Benar.
Mula-mula buatlah tangga yang baik. Bisa dari bambu, lebih baik kalau dari besi. Kemudian buatlah tapak kerja yang aman dan nyaman.
Janganlah bekerja dengan tapak kerja seadanya, hingga dirimu akan bekerja di atas sana mirip seperti monyet yang bergelantungan.
Kita manusia, bukan monyet. Kita butuh tempat kerja yang aman dan nyaman, agar hasil kerja kita baik. Tapak kerja yang tidak aman akan membahayakan nyawa.
Tapak kerja yang tidak nyaman akan membuat kita cepat lelah, hingga proses kerja tidak maksimal. Akibatnya hasil kerja juga tidak akan baik dan memuaskan.
baca juga
Tapak kerja dimaksud adalah untuk proses pembukaan tandan aren.
Untuk penyadapan sudah tidak dibutuhkan lagi, karena proses penyadapan itu lamanya hanya sekitar 6 menit, dan proses kerjanya mudah saja.
Gambar teknis tapak kerja bisa seperti ini.
Atau paling tidak, kenakanlah safety belt, untuk menjaga jika sewaktu-waktu kakimu tergelincir. Safety belt tidak harus beli yang mahal, bikin sendiri juga bisa.
Yang penting harus mampu menahan berat tubuh tiga kali lipat dan tidak menjerat badan bila kita terjatuh. Lebih baik jika safety belt itu dengan sabuk penahan pinggul dan punggung.
Ciri tandan aren yang sudah bisa mulai dibuka adalah apabila tangkai sari dan serbuk sari yang ada di dalam bunga jantan yang masih kuncup sudah tidak berair lagi jika dibuka dan diremas dengan jari.
Ingat pesan saya baik-baik, jangan membuka tandan yang belum waktunya dibuka.
Mula-mula bersihkan/buang pelepah yang menutupi tandan. Biasanya penyadap mengunakan kapang potong. Jangan membuang pelepah yang tidak akan dibuka tandannya.
Membuang pelepah sembarangan berakibat pada menurunnya hasil nira sadapan. Bagi pemula, upih/selubung yang membalut tandan jangan dibuang.
Nanti saja dibuang sedikit demi sedikit saat akan menyadap. Ikatlah tandan di batas antara lengan bersihnya dengan lengan bermayangnya.
Tautkan dengan cukup tegang ke batang sebelah atas. Tali ini untuk mencegah agar tandan tidak patah terkulai saat proses pembukaan tandan. Tali bisa dari ijuk, bisa juga dari tali tambang nylon.
Ayunlah tandan ke arah kiri dan kanan pohon sebanyak 50 kali ayunan. Satu ayunan dihitung saat posisi tandan kembali ke posisi semula.
Simpang ayun jauhnya sekitar 30 cm diukur di batas antara lengan bersih dengan lengan bermayang. Lalu pukullah tandan dengan kayu pemukul sebanyak 200 kali.
Kekuatan pukulan harus diagak-agak, jangan sampai tandan memar. Mula-mula pukul bagian bawah tandan, lalu gerakan pukulan melingkar ke arah atas.
Sampai di puncak tandan bersih, ulangi dari bawah lagi, jangan memukul dengan arah pukulan bergerak dari atas ke bawah.
Setelah itu ayun lagi sebanyak 50 ayunan. Terakhir, pukullah batang tepat di bawah pangkal tandan sebanyak 10 kali dengan kuat, seperti memukul kentongan.
Awas, tandan jangan sampai kena. Lakukan setiap 4 hari sampai lebih dari 50 butir bunga jantan tandan aren gugur.
Biasanya pemukulan dan pengayunan dilakukan 5-6 kali periode. Atau dalam masa 20-24 hari.
Potonglah tandan aren tepat di antara batas lengan bersih pada pagi hari. Gunakan pisau sadap yang benar-benar tajam dan bersih.
Biarkan airnya menetes jatuh ke perakaran pohon aren. Sorenya lihat. Jika air berhenti menetes, sadaplah setebal 1 mm merata di bidang sadap.
Biarkan airnya jatuh. Air nira yang jatuh dan dirasakan oleh akar pohonnya akan merangsang pohon untuk memproduksi nira lebih banyak lagi.
Besok paginya lihat lagi, lakukan hal serupa hingga 2 hari atau 4 kali sadap.
Tampunglah air nira pada sadapan yang ke lima.
Cara mengalirkan air nira ke wadah penampung :
tutup bidang sadap dengan plastik. Ikat melingkar dengan tali plastik atau karet dari ban dalam bekas.
Sayat plastik sedikit di bagian bawah bidang sadap. Bagian plastik yang menuju lubang wadah penampung dipanjangkan sedikit agar air nira dapat mengalir mengikuti arah juntai plastik.
Namun harus diingat, perkirakan nanti permukaan air di wadah tidak akan sampai menyentuh ujung plastik.
Tips dan trik :
1.Pisau sadap harus terbuat dari logam bermutu bagus dan benar-benar tajam.
Kalau bisa setajam pisau cukur. Jika pisau tidak tajam lalu potongan terlihat berserat, biasanya air nira akan sedikit karena ujung pembuluh yang pecah akan mudah tersumbat.
Pisau sadap harus ada 3 buah. Ini untuk efisiensi waktu saat mengasahnya. Juga untuk persediaan jika tak ada waktu untuk mengasah pisau.
Pisau sadap dilarang keras dipakai untuk keperluan lain. Jika mau menempah pembuatan pisau sadap pada pandai besi, bawakan bahan mentahnya berupa potongan per mobil.
Sejengkal per mobil cukup untuk membuat 2 bilah pisau sadap.
2.Plastik penutup bidang sadap dan tali pengikat harus baru lagi bersih.
Bisa pakai plastik kresek bermutu baik atau plastik bening. Ingat, kebersihan adalah kunci sukses penyadapan aren dan pembuatan gula aren.
Jangan lupa pasangkan penutup sadapan dan wadahnya, agar air hujan tidak masuk.
Sebagian penyadap menutup seluruh wadah dan tangkai sadap dengan goni plastik bekas pupuk dua lapis.
Dengan begitu, selain air hujan tidak masuk, serangga juga akan terhalang dari masuk dan mengotori nira.
Nira yang kotor akan menurunkan kualitas gula aren. Jika air nira bercampur dengan tawon, kupu-kupu, rengit, semut, dan serangga lainnya, jangan harap gula aren Anda akan menjadi kualitas satu.
3.Wadah penampung nira sebelumnya harus dicuci dengan sedikit air panas dan sabun cair semisal Mama Lemon atau Sunlight.
Wadah lalu ditunggingkan di atas para-para yang dibawahnya adalah wajan memasak gula.
Asap dan hawa panas akan mematikan bibit jamur dan bakteri yang mungkin masih tersisa.
4.jangan terlalu percaya kepada hal-hal mistis.
Mintalah keselamatan dan rejeki hanya dari Dia Yang Maha Menjadikan Semesta Alam.
5.Janganlah berharap ada penyadap senior yang mau Anda pekerjakan.
Para penyadap itu sudah terbiasa berpenghasilan besar, gaji 6-8 juta rupiah sebulan sudah biasa buat mereka.
Jadikan diri Anda penyadap awal, lalu ajarilah pekerja lain untuk menjadi penyadap baru.
Tips yang Kedua.
Cara memasak nira aren hingga menjadi gula aren berkualitas baik.
Nira yang didapat dituang ke wajan sambil disaring.
Jika kebersihan selama penyadapan dijaga, maka biasanya tidak akan ada nira yang gagal.
Nira gagal akan menyebabkan gula tidak mau mengeras sesudah dicetak. Atau akan mencair kembali setelah disimpan beberapa lama.
Ciri nira yang gagal adalah jika dituangkan akan mengeluarkan buih yang halus menggumpal.
Seperti buih pada tuak. Atau seperti buih sabun. Nira yang seperti ini jangan dicampurkan dengan nira yang baik.
Karena itu, jika Anda tak yakin dengan kualitas nira, tuanglah dulu ke satu wadah, lalu lihatlah apakah berbuih halus atau tidak.
Jika berbuih kasar/besar-besar, maka itu tiada mengapa.
Jika ada nira yang berubah warna, berbau aneh, atau yang mengental sendiri, maka sebaiknya buang saja.
Jika nira cepat basi, itu karena kurang bersih atau pengawet kurang baik/kurang banyak. Jika gula masam itu juga karena nira kurang bersih.
Masaklah nira dengan api yang relatif konstan. Jaga api jika memasak dengan kayu bakar.
Jika sudah mulai mendidih, masukkan tiga sendok minyak kelapa, atau segengam kelapa tua parut, atau tiga butir biji kemiri yang sudah dihaluskan. Ini untuk satu wajan nira kapasitas 30 liter.
Jangan campur gula aren dengan gula pasir, molase, tepung jagung, tepung tapioka atau bahan lainnya, kecuali Anda memang mau jadi tukang oplos.
Jaga api dengan baik. Sekali mendidih, nira harus tetap mendidih sampai siap cetak.
Lama waktu memasak nira tergantung banyaknya nira dalam wajan dan besarnya api. Biasanya antara 3-6 jam. Api yang tidak konstan akan menyebabkan gula tidak mau keras.
Jika nira sedikit, panasi dulu sampai mendidih 10 menit, matikan api, lalu tutup wajan dengan penutup yang lolos udara.
Tambahkan nira hasil sadap selanjutnya. Panaskan hingga mendidih 10 menit. Begitu selanjutnya hingga dirasa jumlah nira sudah cukup untuk dijadikan gula.
Pemasakan yang model begini akan mengumpulkan gula, tetapi gula yang didapat biasanya hanya akan bertahan satu bulan.
Untuk menghemat bahan bakar dan mempercepat pemasakan, dapat digunakan tungku rocket stove.
Tungku rokcet stove yang terbaik adalah yang apinya diarahkan hingga memanasi bagian bawah dan juga samping wajan.
Jika nira cukup banyak, bisa pakai tungku tiga serangkai. Jika nira lebih banyak lagi, bisa pakai alat filter semi permiabel yang mampu memisahkan larutan gula dari 50% airnya.
Dengan alat ini, akan ada penghematan bahan bakar hingga hanya setengahnya`, karena nira sudah dipisahkan dari air murni hingga menjadi sirup kental.
Tanda nira sudah siap cetak : ambil setengah sendok nira, tuangkan ke dalam semangkuk air dingin.
Jika nira langsung membeku, dalam waktu 10 detik, maka berarti sudah siap naik cetakan. Jika belum, maka lanjutkan memasak. Uji kembali.
Gula yang sudah dicetak dapat dilepas dari cetakannya, dari batok atau bambu, sekitar 2 jam kemudian.
Susun gula satu lapis di tampah/talam atau wadah lainnya.
Biarkan satu malam.
Bungkus gula dengan plastik bening kedap udara. Ikat dengan baik.
Menggunakan pembungkus dari daun pisang atau daun jati hanya untuk gula yang akan segera dikonsumsi.
semoga bermanfaat.
Update Terbaru sumber blogBlog viral
Update Terbaru sumber blogBlog viral
Update Terbaru sumber blogBlog viral
Update Terbaru sumber blogBlog viral
Catat Ulasan